Jumat, 31 Juli 2009

SILAT PANGEAN


SEJARAH SINGKAT
Pada jaman ± 1500 M Kerajaan Pagar Ruyung masih memeluk agama Hindu pada masa Raja Paku Alam II. Kerajaan Pagar Ruyung adalah kerajaan Minang Kabau yang terbesar dan termansyur pada saat itu. Pada masa itu datanglah penyiar agama Islam ketanah Pagar Ruyung dari Persia yang bernama Syech Burhanudin. Agama islam yang diajarkan oleh Syech Burhanudin awalnya ditolak oleh pihak kerajaan dan masyarakat tetapi Syech Burhanudin selalu melakukan pendekatan-pendekatan dengan penduduk Minang Kabau baik penetrasi melalui budaya tempatan maupun dari rumah kerumah. Syech Burhanudin menyebarkan agama Islam tidak sendirian tetapi dia dibantu oleh murid-muridnya, Malin nan Putiah adalah murid Syech Burhanudin yang terkenal pada saat itu.
Dalam adat Minang Kabau istri Raja atau permaisuri disebut dengan Bundo Kanduang. Adik kandung perempuan dari Bundo Kanduang bernama Bundo Panjago Adat dan suami dari Bundo Panjago Adat bernama Datuak Panjago Nagori. Akibat Bundo Kanduang tidak memiliki keturunan dengan Raja Paku Alam II maka dia mengangkat anak dari anak Bundo Panjago Adat anak tersebut bernama Siti Hasimah. Siti Hasimah dibesarkan dalam lingkungan relegius dan adat-istiadat Minang Kabau, dia anak kesayangan dari Bundo Kanduang. Siti Hasimah mempunyai guru ngaji bernama Malin nan Putiah, murid dari Syech Burhanudin yang akhirnya Malin nan Putiah tersebut mempersunting Siti Hasimah menjadi istrinya. Perkawinan Siti Hasimah dengan Malin nan Putiah menghasilkan tiga orang keturunan atau pangeran. Anak pertamanya diberi nama Ahmad, anak kedua dengan nama Syarif dan anak ketiga dengan nama Ali. Siti Hasimah belajar silat melalui mimpi, ini didapatkannya karena Penerapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dan nilai-nilai relegius yang diamalkan Siti Hasimah disertai rajin membaca kitab suci Al-Qur’an dan melaksanakan ibadah Sholat wajib dan sholat malam. Siti Hasimah yang dalam sapaan kependekarannya bernama “Inyiak Simah atau Olang Bagegah” mempunyai dua orang saudara kandung yaitu Siti Fatimah dan Siti Halimah serta satu orang saudara angkat yaitu Ismail yang bergelar dengan nama Datuak Bolang.
Akibat kekacauan yang terjadi didalam kerajaan Pagar Ruyuang maka Inyiak Simah pergi merantau ke hilir daerah Minang Kabau untuk menyebarkan agama Islam, tiga orang putranya dititipkannya dengan pamannya yaitu Datuak Bolang sekaligus belajar ilmu beladiri/silat dengan Datuak Bolang tersebut. Akhir petualangan Inyiak Simah singgah disebuah negeri disalah satu didaerah aliran sungai Kuantan yang pada saat itu negeri tersebut belum ada nama, karena belum ada nama maka Inyiak Simah memberi nama tersebut dengan nama Pangean, nama tersebut terinspirasi dari nama daerah kampung halaman orang tua Inyiak Simah yaitu Pangian diLintau. Dari sinilah dikenal asal muasal nama Pangean dan silat Pangean yang dikenal ke penjuru negeri. Negeri tersebut berada diwilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau.
Dinegeri baru tersebut Inyiak Simah menetap. Selang beberapa tahun Inyiak Simah merantau hal tersebut menimbulkan kegelisahan dari suaminya Malin nan Putiah, oleh sebab itu Malin nan Putiah mengutus Datuak Bolang dan ketiga anaknya untuk mencari Inyiak Simah. Akhirnya Inyiak Simah bertemu dengan Datuak Bolang, Ahmad, Syarif dan Ali dinegeri Pangean. Di Pangean inilah Inyiak Simah dan anak-anaknya menyusun kekuatan dan mengajarkan Silat kepada anak-anaknya.
Datuak Malin nan Putiah akhirnya menyusul mencari Inyiak Simah dan anak-anaknya dengan hilir kemelalui sungai Batang Kuantan, pencarian Datuak Malin nan Putiah tidak sia-sia, dia menemukan anak dan istrinya di Pangean. Datuak Malin nan Putiah membujuk istrinya untuk pulang ke Pagar Ruyung tetapi ditolak oleh istrinya karena udah merasa nyaman dan tentram hidup didaerah baru tersebut (red:Pangean), dan pada akhirnya terjadi pertengkaran dan perkelahian antara Inyiak Simah dan Datuak Malin nan Putiah, sebelum berkelahi mereka mengadakan perjanjian yaitu jika Inyiak simah Kalah maka dia bersedia untuk pulang ke Pagar Ruyung dan sebaliknya. Didalam perkelahian itu terucaplah beberapa petuah oleh Inyiak Simah yaitu “ somuik bah iriang tah pijak indak mati alu tah aruang patah tigo, makan abih-abih manyuruak hilang-hilang, ompek ganjial limo gonok” makna petuah tersebut sangat dalam maknanya dan memiliki nilai spritual dalam silat Pangean. Akhirnya pertempuran itu dimenangkan oleh Inyiak Simah dan Malin nan Putiah akhirnya mengikuti keinginan Inyiak Simah dan menetap di Pangean.
Didalam gelar kepandekaran Ahmad dikenal dengan nama Pendekar Baromban Bosi, dia sebagai seorang yang mengerti dan memahami agama dan hukum adat-istiadat. Syarif dikenal dengan nama pendekar dari Utara yang menyebarkan Silat dan agama islam kearah Utara Pangean dan Ali bergelar Pendekar dari Selatan yang menyebarkan silat dan agama islam kearah selatan Pangean. Sedangkan Datuak Bolang melakukan ekspansi agama islam dan menyebarkan agama Islam kearah Melayu Kepulauan atau Terempak Natuna dan Malaka. Datuak Bolang ini lah yang nantinya bergelar Hang Tuah didaerah perantauan.
Tanah Pangean terkenal pula dengan persilatannya, nama yang tak asing bagi pesilat di Kuantan. Silat ini diwariskan secara turun temurun. Silat Pangean diajarkan kepada anak dan kemenakan. Dalam gerakan, silat Pangean dikenal dengan gerak lembut dan gemulai. Meski begitu setiap gerakan menyimpan efek yang mematikan. Aliran silat Pangean ada dua jenis yaitu Pangean Bathino yang langsung dwariskan oleh Inyiak Simah dan Pangean jantan yang diwariskan oleh Datuak Bolang. Pangean jantan gerakannya sedikit kasar dan dipergunakan untuk perang atau pasukan terdepan dalam siasat perang adat Pangean, terkadang Pangean Jantan ini banyak disalah gunakan oleh pesilat Pangean kearah kiri atau ketabiat negatif. Sedangkan Pangean bathino gerakannya yang lemah gemulai dan lunak diperuntukan bagi pangeran-pangeran kerajaan atau keturunan raja, aliran Pangean Bathino ini dikenal dengan nama khas sebagai ilmu pangean kebathinan. Jadi Silat Pangean Jantan berasal dari Lintau yang diwariskan oleh Datuak Bolang dan Pangean Bathino berasal dari Pangean saluh satu daerah diKabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.
Kini, dalam mencapai tujuan pengembangan silat dan dalam rangka melestarikan kebudayaan masyarakat Pangean, penghulu adat membuka laman silat di samping Mesjid Koto Tinggi Pangean. Sebuah bukit di Pangean yang bernama Bukit Sangkar Puyuh sekarang Koto Tinggi Pangean. Nama bukit ini diambil dari bentuknya yang memang seperti Sangkar Burung Puyuh. Di sini sebuah balai adat didirikan. Selain itu, dalam rangka pemerataan keterampilan silat, para guru silat Pangean memberi izin untuk dibukanya laman silat di masing-masing banjar. Dalam penerapannya, silat Pangean terdiri dari permainan dan pergelutan. Tarian silat sambut menyambut serangan ini sering dimainkan di halaman. Hal ini berbeda dalam pengajaran silat kepada murid tingkat atas yang dilakukan di rumah. Silat didalam rumah ini yang disebut dengan Silat Pangean Kebathinan. Seiring berjalannya waktu silat Pangean mendapat perhatian yang luas. Tidak hanya di rantau Kuantan, tapi mulai dikenal di Indragiri dan daerah Riau lainnya. Bahkan pengaruh silat Pangean juga tumbuh diluar negeri seperti di Negara Malaysia, Singapura dan Pathani Thailand.
see more;http://pendekarkuantan.blogspot.com/

Rabu, 29 Juli 2009


Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur. Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu. Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an. Perahu atau jalur, dahulu, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi atau pun hasil hutan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal kegiatan Pacu Jalur. Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka, Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan kawasan sekitarnya. Festival yang bernuasa tradisional ini telah ditetapkan masuk ke dalam Kalender Pariwisata Nasional (Major Event).

"ARTI LAMBANG PANGEAN"

ARTI LAMBANG PANGEAN
1. Pedang dan perisai Lambang patriotisme rakyat Pangean dalam membela nagori dari ancaman dan gangguan keamanan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. 2. Burondo Lambang kebesaran kesenian dan kebudayaan Pangean; juga melambangkan perpaduan empat persukuan Pangean, persaudaraan dan bersatu dalam kesatuan Republik Indonesia 3. Dua kaki payung Keseimbangan rohani dan jasmani dalam sifat kepemimpinan nagori yang selalu melindungi rakyat Pangean 4. Tiga lekukan yang terdapat pada ujung-pangkal sayap burondo Simbol tiga unsur pegangan hidup masyarakat Pangean: Adat - Syarak - Kitabullah 5. Balai adat Simbol adanya pertemuan pemuka adat, agama dan pemuka masyarakat lainnya pada tempat tertentu dengan waktu dan acara tertentu pula 6. Kubah masjid, bintang, dan mata angin Simbol agama Islam yang dianut mayoritas masyarakat Pangean Pengertian Warna 1. Warna dasar kuning berarti kebesaran, demokrasi, musyawarah, dan mufakat 2. Huruf "Pangean", mata angin warna putih berarti kesucian dan ketaatan menjalankan syariat Islam 3. Segi empat panjang dan bulan bintang warna hitam bermakna ketabahan dan keuletan 4. Burondo dan balai adat berwarna hijau berarti kesetiaan terhadap nagori 5. Perisai, pedang, payung, kubah masjid, dan garis pinggir segi lima warna coklat berarti warisan budaya

WISATA RANTAU KUANTAN

PACU JALUR 2009
pesta kemeriahan pacu jalur di kabupaten Kuantan Singingi kini telah di mulai......

Rangkaian Kegiatan Event Nasional Pacu Jalur Tradisional Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2009

NO TANGGAL WAKTU KEGIATAN LOKASI KETERANGAN
1 25 Juli 2009 16.00 WIB Pembukaan Pekan Raya (Jalur Expo 2009) Jl. T. Tambusai (Jl. Poros Dua Topan) 25 Juli s/d 18 Agustus 2009
2 30 Juli 2009 19.30 WIB Pembukaan dan Pelaksanaan Festival Kesenian Tradisional Taman Jalur Malam Pertama
3 31 Juli 2009 19.30 WIB Pelaksanaan Festival Kesenian Tradisional Taman Jalur Malam Kedua
4 1 Agustus 2009 13.00 WIB Pembukaan dan Pelaksanaan Pacu Jalur Mini Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Pertama
19.00 WIB Pembukaan dan Pelaksanaan Hiburan Rakyat Taman Jalur Malam Pertama
5 2 Agustus 2009 13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Mini Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Kedua
19.30 WIB Pelaksanaan Hiburan Rakyat Taman Jalur Malam Kedua
6 3 Agustus 2009 13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Mini Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Ketiga (Final)
19.30 WIB Pelaksanaan Hiburan Rakyat Taman Jalur Malam Ketiga
7 4 Agustus 2009 19.30 WIB Pelaksanaan Hiburan Rakyat Taman Jalur Malam Keempat
8 5 Agustus 2009 19.30 WIB Pembukaan dan Pelaksanaan Apresiasi Seni Kab/Kota/Prov Negara Tetangga Taman Jalur Malam Pertama
9 6 Agustus 2009 09.00 WIB Pembukaan Event Nasional Pacu Jalur Tradisional 2009 Lapangan Limuno Acara Pembukaan
Pawai Budaya Tingkat Kecamatan Lapangan Limuno Hari Pertama
13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Tradisional 2009 Tepian Narosa Malam Kedua
19.30 WIB

Pelaksanaan Apresiasi Seni Kab/Kota/Prov/Negara Tetangga

Taman Jalur Tenda-tenda Jalur
19.30 WIB Hiburan Kesenian Tradisional Kuantan Singingi Seberang Taluk
10 7 Agustus 2009 10.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Mini Prestasi Kab/Kota/Prov dan Negara Tetangga Tepian Narosa Hari Pertama
13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Kedua
16.30 WIB Semi Final Tournament Bola Kaki Bupati Cup II Lapangan Limuno Hari Pertama
19.30 WIB Pelaksanaan Apresiasi Seni Kab/Kota/Prov/Negara Tetangga Taman Jalur Malam Ketiga
19.30 WIB Hiburan Kesenian Tradisional Kuantan Singingi Taman Jalur Tenda-Tenda Jalur
11 8 Agustus 2009 10.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Mini Prestasi Kab/Kota/Prov dan Negara Tetangga Tepian Narosa Hari Kedua (Final)
13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Ketiga
16.30 WIB Final Tournament Bola Kaki Bupati Cup II Lapangan Limuno Juara 3 dan 4
19.30 WIB Pelaksanaan Apresiasi Seni Kab/Kota/Prov/Negara Tetangga Taman Jalur Malam Keempat
19.30 WIB Hiburan Kesenian Tradisional Kuantan Singingi Taman Jalur Tenda-Tenda Jalur
12 9 Agustus 2009 13.00 WIB Pelaksanaan Pacu Jalur Tradisional 2009 Tepian Narosa Hari Keempat (Final)
16.30 WIB Grand Final Tournament Bola Kaki Bupati Cup II Lapangan Limuno Juara 1 dan 2
17.00 WIB Pembagian Hadiah Taman Jalur -
19.30 WIB Penutupan Pacu Jalur Tradisional 2009 dan Hiburan Rakyat (Artis Ibu Kota) Taman Jalur -


Kamis, 23 Juli 2009

SEKELUMIT TENTANG PANGEAN

Pangean adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Indonesia. Kecamatan ini dikenal dengan tradisi pacu jalur batang kuantan yang telah menjadi even pada kalender pariwisata nasional.

Pangean adalah suatu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Pada awal era otonomi daerah, Pangean merupakan sebuah kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Kuantan Hilir. Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu Pangean menjadi kecamatan dianggap layak untuk menjadi sebuah kecamatan yang definitif dan berhak menyelenggarakan pemerintahannya sendiri.............................

http://id.wikipedia.org/wiki/Pangean,_Kuantan_Singingi